Sejumlah perbankan di Indonesia kini mulai serius dalam mendukung pengembangan ekonomi hijau di Tanah Air. Hal tersebut terlihat dari komitmen para perbankan, yang melihat keuangan berkelanjutan mempunyai peran penting dalam mentransformasi ekonomi Indonesia untuk mencapai visi menjadi negara maju di 2045. Seiring berjalannya waktu, ekonomi hijau akan semakin populer. Sebaliknya, pembangunan ekonomi yang mengadopsi praktik konvensional atau yang tidak berkelanjutan, bakal semakin ditinggalkan.
Inisiatif keuangan berkelanjutan memegang peran mendukung komitmen menciptakan pertumbuhan ekonomi yang inklusif, berdaya tahan, ramah lingkungan dan sejalan dengan Sustainable Development Goals (SDG's). Bahkan, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) telah mengembangkan keuangan berkelanjutan dengan mengeluarkan Roadmap Keuangan Berkelanjutan Tahap II dan telah menerbitkan Taksonomi Hijau pada awal 2022 lalu. Bank Negara Indonesia (BNI) yang merupakan salah satu perbankan nasional, turut mendukung akselerasi keuangan berkelanjutan.
Pemimpin Divisi Manajemen Risiko BNI, Rayendra Minarsa Goenawan mengungkapkan, BNI memanfaatkan peluang yang ada dalam menyusun inisiatif ekonomi berkelanjutan agar program dapat terlaksana dengan tepat sasaran. "Ada peluang pajak karbon, kami menyambutnya dengan memberikan pembiayaan kendaraan listrik yang bekerja sama dengan anak perusahaan kami, yaitu BNI Multifinance. Hal ini disambut baik oleh masyarakat," ucap Rayendra dalam Webinar yang bertajuk Sustainability Financing dikutip Selasa (30/8/2022). Kemudian, BNI juga melihat peluang pembiayaan dan investasi bahan bakar alternatif.
Perseroan kemudian merespons peluang ini dengan bekerja sama dengan PLN melalui skema SPKLU (Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum) Partnership Investor Own Investor Operate (IO2). Adapun per Juni 2022, porsi pembiayaan berkelanjutan BNI telah mencapai Rp176,6 triliun atau 28,5 persen dari total kredit perseroan. Sementara pembiayaan hijau BNI mencapai Rp58,6 triliun atau 9,5 persen dari total kredit perseroan.
Tak hanya BNI, Chief Executive Officer (CEO) Citi Indonesia Batara Sianturi menuturkan, pihaknya juga melakukan upaya upaya atau pendekatan dalam mendorong pembiayaan berkelanjutan. Pertama adalah pendekatan di level kebijakan. Dimana pada level tersebut, Citi Indonesia secara aktif menjalin komunikasi dengan berbagai pihak, mulai dari pemerintah hingga sektor publik. Melalui komunikasi ini, Citi Indonesia membuka ruang diskusi untuk mengulas bagaimana caranya menyusun regulasi yang sesuai dengan kondisi negara dengan berbasis best practices.
"Kami juga melibatkan institusi supranasional, seperti Bank Dunia. Contoh, sesudah COP26, kami menggelar konferensi yang melibatkan Ibu Sri Mulyani dan CEO Citi Jane Fraser," papar Batara. Kemudian, pendekatan berikutnya adalah pada level eksekusi. Pendekatan ini lebih memfokuskan komunikasi Citi Indonesia dengan para klien. "Misalnya, PLN dan Pertamina, yakni bagaimana mereka dapat mencapai target transisi. Mereka ini kan sudah mengeluarkan blueprint masing masing, jadi tinggal bagaimana kami sebagai global bank dapat mempercepat implementasi dari komitmen tersebut," jelasnya.
Di sisi lain, PT Bank DBS Indonesia telah berkomitmen dalam memberikan pendanaan berkelanjutan, di mana perbankan membidik angka 50 miliar dolar AS di 2024. "Kami telah menjadi bank yang sangat fokus dengan sustainability financing," ucap Director Institutional Banking Group PT Bank DBS Indonesia, Kunardy Lie. Selain capaian tersebut, DBS Indonesia juga akan bergabung dengan Net Zero Banking Alliance (NZRA) yang merupakan inisiatif Keuangan Program Lingkungan PBB.
"Kami juga memiliki komitmen untuk net zero lending pada 2050. Ini adalah suatu target yang kami rasa cukup menantang, tapi kami harus mulai dari sekarang," pungkasnya.